Dalam kehidupan ini, berbagai
aktivitas dilakukan oleh manusia maupun makhluk hidup lainnya. Hal tersebut
tidak lepas dari sisa hasil aktivitas yang dilakukan yaitu berupa sampah.
Sampah saat ini menjadi semakin tidak terkendali dengan semakin pesatnya
pertumbuhan penduduk. Selain merusak pemandangan, menimbulkan bau yang tidak
sedap, sampah juga merupakan sumber penyakit. Setiap sampah yang belum
mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak sedap baik saat pengangkutan
maupun penumpukkan dan akan mengganggu kenyamanan bagi masyarakat umum. Belum
lagi menyebabkan kerusakan pada tanah, dan pencemaran air apabila dibuang
sembarangan. Serta jika dibuang sembarangan akan mengakibatkan banjir serta
longsor tumpukan sampah.
Pengelolaan sampah yang minim
membuat sampah semakin hari semakin menumpuk terutama di daerah perkotaan.
Lahan yang terbatas serta hanya terpusat pada suatu penampungan tertentu
membuat sampah semakin menumpuk tak terkendali. Belum lagi sampah yang dibuang
semua tercampur jenisnya. Seharusnya sampah dibuang sesuai dengan jenisnya
seperti sampah basah, sampah kering yang dipilah-pilah lagi menjadi botol gelas
dan plastik, kaleng aluminium, dan kertas. Untuk tiap bahan disediakan tempat
sampah tersendiri, ada tempat sampah untuk plastik, untuk gelas, untuk logam,
dan tempat untuk kertas.
Panjangnya proses pengelolaan
sampah, banyaknya biaya serta energi yang dibutuhkan untuk pengelolaan sampah
sangat tidak sebanding dengan banyaknya volume sampah yang dibuang setiap
hari.Tentunya ini menjadi sebuah permasalahan yang pelik. Tentunya ada di benak
kita untuk melakukan hal sesuatu yang bisa mengatasi permasalahan ini. Sampah
botol plastik dan kardus agaknya bisa kita jual pada pengepul sampah untuk
didaur ulang kembali. Tetapi bagaimana dengan sampah organik rumah tangga
seperti sisa-sisa makanan dan kulit buah yang tidak terpakai?. Sudah tentu
menjadi masalah bagi kita. Jika tidak segera dibuang, maka akan menimbulkan bau
yang tidak sedap serta menimbulkan penyakit. Kita bayangkan saja bagaimana jika
sampah tersebut masih harus melalui proses yang panjang melalui proses
pengelolaan sampah. Belum lagi jika sampah tersebut masih ditumpuk dan masih
harus dipilah-pilah untuk proses selanjutnya. Nah pasti akan segera membusuk
kan?dan akan mengganggu lingkungan.
Sampah organik yang menjadi
masalah setiap harinya tentu bisa kita tanggulangi dengan pengelolaan yang
tepat.Pengelolaan sampah organik menjadi kompos dirasa sangat tepat untuk
permasalahan ini. Lantas bagaimana hubungannya dengan hemat energi?.
Pengelolaan sampah organik menjadi kompos mungkin masih terkesan aneh dan
terkesan tidak ada hubungannya dengan hemat energi sama sekali. Namun apabila
kita cermati lebih dalam maka akan terlihat hubungan yang nyata. Menurut
EECCHI, konsumsi energi untuk sektor industri mencapai 44,2% dari total
konsumsi energi Indonesia. Kita ketahui bahwa industri pupuk terutama pupuk
urea masih diproduksi dalam suhu yang tinggi sehingga kebutuhan energi juga
sangat tinggi. Dengan penggunaan pupuk kompos selain akan lebih diminati
konsumen juga akan menekan permintaan pupuk urea dan jenis pupuk kimia buatan
lain sehingga energi untuk pabrik pupuk bisa turun.
Naah, sekarang ada solusi terbaru
untuk pengelolaan sampah organik rumah tangga menjadi kompos loh. Keranjang
takakura kan namanya J. Apa sih keranjang takakura itu?. Keranjang Takakura
merupakan keranjang yang dapat mengolah limbah rumah tangga (sisa makanan atau
kulit buah atau sampah organik lainnya) menjadi kompo. Yang mana kompos tersebut
bisa digunakan menjadi pupuk untuk tanaman kita atau bahkan bisa kita jual yang
menjadi pundi – pundi rupiah. Keranjang sampah ini merupakan ciptaan Koji
Takakura, seorang pemerhati lingkungan asal negara Jepang. Keranjang ini
memberikan solusi agar sampah organik rumah tangga dapat dijadikan sebagai
kompos. Hasil temuannya bisa langsung diolah menjadi kompos hanya dalam tempo
tiga hingga tujuh hari,tanpa mengundang lalat atau menimbulkan bau busuk.
Bagaimana cara membuatnya?
Pertama – tama kita siapkan alat & bahannya, yaitu: Keranjang laundry
dengan tutupnya 1 buah, kantung jaring 2 buah (kira-kira 1-1,5m), Jarum, Benang nilon secukupnya,
Gunting, Sekam secukupnya, Kompos secukupnya, Kardus bekas 1 buah, Lakban atau
plester lebar, bak, sprayer, mikroorganisme cair secukupnya, kain penutup
keranjang (kain kasa atau kain stocking, yang penting kain berpori) 0,5 m, dan
Sampah Organik. Setelah menyiapkan alat & bahan,kita bisa memulainya dengan
cara sebagai berikut:
1.
Siapkan bak dan isi dengan sekam secukupnya,
lalu ambil mikroorganisme cair, tuangkan ke dalam sprayer.
2.
Semprotkan mikroorganisme cair dengan
menggunakan sprayer secara merata dengan sesekali mengaduk sekam dengan tangan.
3.
Gunting jaring untuk membuat dua kantong sesuai
ukuran alas dan bagian atas keranjang dengan cara menjahit bagian tepi jaring.
4.
Setelah
jaring berbentuk kantong, isi masing-masing kantong jaring dengan sekam
secukupnya lalu jahit hingga menyerupai bantal.
5.
Ambil
kardus dan potong dengan menggunakan gunting sesuai ukuran sekeliling keranjang
lalu tempelkam potongan kardus tadi di sekeliling bagian dalam keranjang.
6.
Setelah
bagian dalam keranjang terlapisi kardus, letakkan bantal sekam pada alas
keranjang.
7.
Semprot
Microorganisme cair pada permuakaan luar dalam kardus dan bantal sekam dengan
menggunakan sprayer hingga basah merata.
8.
Masukkan
kompos ke dalam keranjang yang sudah terlapisi kardus
9.
Masukkan
sampah organik segar yang sebelumnya telah dicacah terlebih dahulu, sesekali menekan
sampah dengan cetok hingga sampah berada di tengah-tengah pupuk kompos.
10.
Lapisi
permukaan atas dengan menggunakan bantal sekam yang sudah disemprot dengan
Mikroorganisme cair.
11.
Setelah terlapisi dengan bental sekam, tutup
bagian dalam mulut keranjang dengan menggunakan kain penutup agar serangga
kecil tidak masuk.
12.
Setelah
keranjang tertutup kain, ambil penutup dari keranjang tersebut lalu tutup dan
tekan hingga rapat dan kuat. Keranjang takakura, siap digunakan.
Naah, sudah tahu kan bagaimana
membuat keranjang takakura, mudah bukan J. Bila Keranjang penuh maka 1/3 dari
kompos itu dapat kita ambil dan dimatangkan di taman/kebun kita yang
terlindungi dari sinar matahari selama kurang lebih 2 minggu untuk kemudian
dapat digunakan sebagai pupuk kompos. Sisanya dapat dipergunakan sebagai
starter untuk pengolahan berikutnya. Ganti kardus yang menjadi lapisan dalam
keranjang setelah 3-6 bulan atau ketika hancur. Dengan mengomposkan sisa-sisa
makanan itu, setidaknya 50% persoalan sampah dari rumah atau kantor telah bisa
diselesaikan di tempat itu juga. Apalagi bila sampah anorganis juga didaur
ulang, maka sisa sampah yang terpaksa dibuang hanya 30% saja. Artinya, 70%
masalah sampah diselesaikan dengan beberapa langkah sederhana yang dapat
dilakukan di lingkungan terkecil kita. Dan juga yang tak kalah penting, kita
bisa mengurangi gas methana (CH4) yang dihasilkan dari tumpukan sampah tidak
terolah, di mana CH4 ini potensi pemanasan globalnya mencapai 21 kali lebih
besar dibandingkan karbondioksida (CO2). Dan bayangkan saja, apabila setiap
kepala rumah tangga bisa membuat pupuk kompos sendiri, berapa banyak energi
yang kita hemat untuk pembuatan pupuk di pabrik.
Sudah tahu kan apa itu keranjang
takakura, fungsi & cara membuatnya kak. Yuuk kita buat untuk menjaga
lingkungan sekitar kita J. Ini merupakan cara yang mudah & efektif untuk
mengurangi sampah organik sehari-hari. Dan secara tidak langsung menghemat
energi untuk pembuatan pupuk urea atau pupuk buatan lainnya yang dihasilkan
oleh pabrik. Yang jelas keranjang takakura ini berguna banget kan J. Ini
Aksiku! Mana aksimu?.
0 komentar:
Posting Komentar